Pembangunan Observatorium Nasional di Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), memasuki tahap akhir. Namun, perampungan bangunan dan fasilitas di Observatorium harus sedikit tersendat karena pandemi corona dan akses jalan yang tidak memungkinkan.
Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menjelaskan, pembangunan observatorium Timau dimulai pada 2017, bekerja sama dengan ITB, UNDANA, dan Pemda setempat.
Fasilitas utama di Observatorium Nasional Timau adalah Teleskop Ritchey-Chrétien berdiameter 3,8 meter yang dilengkapi dengan cermin tersegmentasi serta Nasmyth foci yang mirip dengan teleskop luar angkasa milik Kyoto University, Jepang. Ini setara enam kali lipat lebih besar dari teleskop yang ada di Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung.
Sementara Kepala Bidang Diseminasi Pussainsa LAPAN, Dr. Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan, dengan teleskop sebesar itu, Observatorium Timau mampu merekam objek yang 36 kali lebih redup dibandingkan dengan pengamatan di Bosscha. Fasilitas di Timau juga merupakan generasi baru sehingga bisa mengikuti perkembangan sains antariksa teranyar.
Ada sejumlah rencana penelitian yang akan dilakukan di observatorium Timau, salah satunya adalah mencari planet layak huni. Artinya, planet tersebut dapat dihuni oleh manusia atau memiliki karakteristik seperti Bumi. Salah satu contohnya adalah planet KOI 5715,01 yang mengorbit di luar tata surya Bima Surya.
Baca Saja: Siswa Sespimti Terbaik Nomer 3
KOI 5715,01 termasuk eksoplanet, ditemukan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) menggunakan teleskop canggih James Web Telescope. KOI 5715,01 berusia 55 miliar tahun dan 1,8 kali lebih besar dari Bumi. Suhu rata-rata adalah 53,3 derajat dan hanya berjarak 2.964 tahun cahaya dari planet yang kita huni.
“Tujuan utamanya (pembuatan observatorium) adalah melaksanakan Kegiatan Keantariksaan di Indonesia, jadi banyak penelitian yang bisa dilakukan di sana, termasuk studi pada planet layak huni yang masuk dalam rencana penelitian,” kata Sungging saat dihubungi, Selasa (27/10/20).
Secara lebih rinci, observatorium Timau bakal menjadi pusat observasi astronomi dan pemberdayaan kawasan timur Indonesia. Observasi astronomi mencakup objek-objek tata surya–seperti planet, komet, dan asteroid– fisika bintang dan galaksi, struktur besar alam semesta, sampai planet-planet di luar tata surya, termasuk pendeteksian planet ekstrasolar, evolusi bintang, ekstra galaksi dan asteroid dekat Bumi.
Observatorium ditargetkan bisa beroperasi secara produktif pada awal tahun 2022. Sementara untuk melakukan pengamatan pada tahun 2020-2021, para ilmuwan memanfaatkan teleskop yang lebih kecil di Pusat Sains Tilong, dekat Kupang
Baca Saja: Bioglass Mci Kenali Dulu Produknya Dan Rasakan Manfaatnya