Halodunia.net Akibat kelalaian petugas yang bekerja di RSUD kota Bogor, Jenazah pasien corona tertukar dengan pasien lain. Perkara ini diketahui dari salah satu anak kandung pasien, yang berinisial DF (25). DF memilih namanya diinisialkan demi keamanannya.
DF mengisahkan ibunya itu dirawat di RSUD Kota Bogor karena COVID-19. Pada hari Rabu (30/12), ibu DF yang berinisial WT meninggal sekitar pukul 00.05 WIB.
“Jadi ibu saya meninggal jam 12 malam hari Rabu. Setelah itu, pihak ruang (Jasad) baru menghubungi ke tim forensiknya jam 06.00 WIB. Baru jam 07.30 WIB pagi buat mengambil jenazah. Sedangkan, jenazah kan tidak boleh lebih dari 4 jam,” ujar DF, saat diwawancarai, Senin (4/1/21).
DF mengatakan, selama pemulasaran, keluarga dilarang melihat jasad WT. Alhasil, keluarga pasrah hingga pemulasaran selesai sekitar pukul 09.00 WIB dan jasad dalam peti siap dibawa ke ambulans.
Sebelum dimasukkan ke ambulans, pihak keluarga lain memaksa membuka peti itu untuk memastikan jasad di dalamnya adalah WT. Karena desakan keluarga, petugas rumah sakit kemudian membuka peti.
“Pas dibuka, jenazah cowok dan itu bukan keluarga dari kita, itu laki-laki. Saya tanya (ke petugas) ‘kamu bisa lihat enggak ini ada kumisnya’. Sampai keluarga marah-marah. Sampai semua keluarga datang ke ruangan isolasi ini. Kami tunggu di luar. Bagian humasnya pun ikut,” kata DF.
DF mengatakan petugas rumah sakit kemudian mencari jasad WT dan membawa masuk jasad pria yang tadi dianggap ibu DF itu ke dalam kamar jenazah.
Lanjut DF, kemudian dua tim forensik datang mengambil jenazah ibunya namun keluarga kembali menunggu lama. Setelah itu tim forensik memanggil DF untuk memastikan jasad ibunya sebelum dipetikan.
“Sudah. Itu sudah selesai, dari forensik ke ambulans sudah dipetiin saya lihatin, saya, keluarga semua nyaksiin, karena kami takut kalau sudah kaya gitu,” ujar DF.
Humas RSUD Kota Bogor, Taufik Rahmat , menjelaskan perkara tertukarnya jenazah ini karena ada kelalaian komunikasi petugas pemulasaran jenazah.
Taufik menjelaskan, RSUD sudah meminta maaf ke keluarga secara langsung dan mendampingi pemakaman serta mendatangi rumah duka.
“Saya sudah jelaskan ke pihak keluarga tentang ketidaknyamanan pelayanannya, saya juga sudah meminta maaf atas nama RSUD, apabila ada hal-hal yang tidak berkenan. Kami datang ke rumah duka di Leuwiliang hari itu juga. Kami menyampaikan bela sungkawa dan permohonan maaf,” ujar Taufik.